Prabowo Tegaskan Dunia Internasional Tak Menghormati Suara Negara Muslim di KTT D-8
Jakarta – Dalam pidatonya yang penuh semangat di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) D-8, Menteri Pertahanan Republik Indonesia, Prabowo Subianto, mengungkapkan kekesalannya atas ketidakadilan yang dialami oleh negara-negara Muslim di pentas dunia internasional. Menurutnya, dunia internasional sering kali tidak menghormati suara dan kepentingan negara-negara Muslim, yang seharusnya dihargai lebih tinggi dalam banyak isu global.
Prabowo memulai pidatonya dengan menyoroti berbagai tantangan yang dihadapi oleh negara-negara Muslim dalam urusan internasional. Ia menyebutkan bahwa meskipun negara-negara ini memiliki kontribusi yang signifikan terhadap perdamaian, keamanan, dan ekonomi global, suara mereka sering kali diabaikan dalam forum-forum internasional. Hal ini menurutnya bukan hanya sebuah ketidakadilan, tetapi juga sebuah penghalang bagi kemajuan dan kerja sama global yang lebih inklusif.
“Saya melihat ada ketimpangan dalam bagaimana negara-negara Muslim diperlakukan di arena internasional. Suara kita sering kali tidak dihargai dengan seharusnya, padahal kita juga bagian dari dunia yang lebih besar,” ujar Prabowo dalam pidatonya.
Prabowo menekankan pentingnya solidaritas dan kerja sama di antara negara-negara anggota D-8 (Organisasi Kerja Sama Negara-Negara Berkembang), yang terdiri dari Indonesia, Bangladesh, Mesir, Iran, Malaysia, Nigeria, Pakistan, dan Turki. Menurutnya, negara-negara anggota D-8 harus berdiri teguh bersama untuk memperjuangkan keadilan, baik dalam konteks ekonomi maupun diplomasi global.
“Meskipun kita memiliki beragam latar belakang dan tantangan, kita harus bersatu untuk memperjuangkan hak-hak kita di dunia internasional. Kita memiliki potensi besar yang harus bisa kita maksimalkan bersama, baik untuk kepentingan bangsa kita masing-masing maupun untuk kepentingan dunia yang lebih adil,” tegasnya.
Salah satu isu yang Prabowo angkat dalam pidatonya adalah ketidakadilan yang terjadi terhadap Palestina. Ia menyatakan bahwa negara-negara Muslim harus terus berjuang untuk menuntut hak-hak Palestina di mata dunia internasional. Prabowo juga menyoroti pentingnya mempertahankan stabilitas dan keamanan global, di mana negara-negara Muslim memiliki peran kunci namun sering kali dipandang sebelah mata.
“Masalah Palestina adalah simbol dari ketidakadilan yang terjadi di dunia ini. Negara-negara besar mungkin punya agenda mereka sendiri, tetapi kita sebagai negara Muslim harus berdiri bersama untuk membela yang tertindas,” ujarnya.
Lebih lanjut, Prabowo juga berbicara tentang pentingnya diplomasi multilateral dalam menghadapi tantangan global. Ia mendorong negara-negara Muslim untuk lebih aktif terlibat dalam organisasi internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), dan forum-forum lainnya untuk memastikan suara mereka didengar. Diplomasi yang konstruktif, menurutnya, adalah kunci untuk memperjuangkan hak dan kepentingan negara-negara Muslim di dunia internasional.
“Dunia ini semakin terhubung, dan kita harus memastikan bahwa kita tidak hanya menjadi penonton dalam dinamika internasional. Kita harus lebih vokal, lebih terlibat, dan lebih siap bekerja sama untuk membawa perubahan yang lebih baik,” tegasnya.
Tantangan terbesar bagi negara-negara Muslim, menurut Prabowo, adalah membangun solidaritas yang kuat antarnegara untuk menghadapi dominasi kekuatan besar yang sering kali tidak berpihak pada kepentingan dunia Muslim. Ia mengingatkan bahwa kerja sama yang erat di antara negara-negara D-8 dan negara-negara Muslim lainnya akan menjadi kunci untuk memperjuangkan perubahan yang lebih adil di tingkat global.
“Ini bukan hanya soal memperjuangkan kepentingan kita sebagai negara Muslim, tetapi juga untuk memastikan bahwa dunia ini lebih adil, lebih damai, dan lebih sejahtera untuk semua umat manusia,” pungkasnya.
Pidato Prabowo di KTT D-8 ini mencerminkan tekadnya untuk melihat dunia internasional yang lebih adil bagi negara-negara Muslim. Dengan mengingatkan dunia tentang pentingnya menghargai suara dan kontribusi negara-negara ini, Prabowo berharap agar solidaritas antarnegara Muslim semakin kuat, membawa dampak positif untuk diplomasi global, dan memperjuangkan hak-hak yang selama ini terabaikan. Harapan besar ini diharapkan dapat memicu langkah-langkah konkret dalam mengubah ketidakadilan yang ada, menuju dunia yang lebih inklusif dan sejahtera bagi semua.